Majulah Silat Cekak di Sandakan

Majulah Silat Cekak di Sandakan
Penggerak Silat Cekak di Sandakan

Saturday, September 29, 2007

7 Penyakit Hati Para Pengamal Beladiri

7 Penyakit Hati Para Pengamal Beladiri

Assalammualaikum...

Terlebih dahulu selamat menyambut bulan ramadhan dan berpuasa. Tajuk blog kita hari ini mungkin agak panas atau hangat tapi terimalah hakikat kalau ada sesetengah pengamal beladiri (maaf) memiliki sifat-sifat ini. Haruslah dibuang jauh agar kita dapat memperkembangkan seni budaya pusaka bangsa dengan rasa syukur dan perpaduan. Agar apa yang diperjuangkan tidak menjadi sia-sia dan dapat menjadi sebagai wadah menyalurkan idea bijaksana kepada jalan yang baik. Tajuk ini bukanlah saya yang reka tetapi tajuk ini saya ambil dari blog seorang pencinta beladiri dari seberang yang seharusnya boleh kita jadikan teladan. Sebelum itu ingin saya tegaskan, apa sahaja seni beladiri yang ada di muka bumi ini adalah baik. Nak kata siapa pantas, teknik berkesan, pukulan rahsia rasanya semua ada. Cuba janganlah kita membangga -bangga sehingga jatuh kepada taksub akan satu perguruan, buah, pukulan, jurus dan sebagainya sehingga boleh mencaci seni beladiri yang lain. Akhirnya akibat mulut badan binasa. Permusuhan menjadi satu matlamat dalam mengembangkan perguruan siapa menang dialah hebat. Sedangkan kita lupa bahawa ada lagi Maha Kuat dan Maha Mengetahui.

Apakah yang dikata 7 penyakit hati yang sering menyerang kepada seniman beladiri khususnya yang menganggap diri mereka pendekar. Dihuraikan disini (Ayat ini asalnya indonesia)

1. Merasa alirannya paling hebat.
Entah kenapa, penyakit hati yg satu ini merupakan penyakit yg paling banyak diidap oleh para seniman beladiri. Tidak pandang bulu, penyakit ini boleh menyerang mulai dari peringkat asas hingga guru besar suatu seni beladiri. Para peringkat permulaan mungkin lebih terbuka menyatakannya (cakap besar, menjelekkan aliran lain dll), sementara para guru besarnya menanamkan kesombongannya dalam hati atau menunjukannya secara tidak langsung.

2. Tidak mau berpikiran terbuka

Berkaitan dengan penyakit yg pertama, penyakit yg kedua ialah tidak mau berpikiran terbuka. Karena merasa alirannya paling hebat, paling lengkap, dan paling mantap, banyak orang yg untuk melirik konsep beladiri lain pun enggan. Kalaupun mempelajari konsep beladiri lain, biasanya selalu diakhiri dengan kutuk-mengutuk/menjelek-jelekannya. Seniman beladiri yg terkena penyakit ini tidak akan pernah mau mempelajari seni beladiri lain, ataupun mengakui keunggulan seni beladiri lain.

3. Mengandalkan mitos atau kesaktian pendahulu.
Penyakit ini biasanya muncul ketika sang seniman beladiri diminta untuk menunjukan kemampuannya. Ahli-ahli menunjukan kemampuannya, ia malah berapi-api mendongengkan mitos atau kebolehan para pendahulu perguruannya, guru besarnya, leluhurnya, nenek moyang guru dll.

“Saya kalau boleh mahu saja masuk gelanggang sparring, tapi kalau saya pakai pukulan tenaga dalam saya, saya khuatir kepala lawan saya pecah berderai.”

“Saya belum lagi boleh terbang, tapi mahaguru saya dikatakan boleh berterbangan bersama burung-burung di hutan. Menurut tok guru, saya perlu 30 tahun lagi latihan jurus burung ini agar boleh terbang seperti guru saya itu”.

4. Berusaha lari dari kenyataan
Ada 2 kenyataan yg berusaha keras dihindari oleh orang yg terkena penyakit ini:

1) Cross-Training,
2)Sport.

Penyakit yg satu ini menghambat otak untuk boleh menerima kenyataan bahwa dalam pertarungan tangan kosong paling tidak ada 4 jarak yg harus dikuasai: jarak tendang, jarak pukul, clinch, dan ground fighting. Adalah sebuah kenyataaan bahwa satu beladiri lebih kuat dalam satu jarak pertarungan dibanding beladiri lain. Nah, untuk bisa menguasai 4 jarak tsb, tentunya orang harus besar hati untuk melakukan cross-training. Namun demikian, orang yg terinfeksi penyakit ini akan setengah mati berusaha berargumentasi bahawa cross-training tidak perlu dan bahwa beladiri-nya sudah lengkap dan paling hebat.

Kalau sudah tertular penyakit yg satu ini, unsur sport akan membuat sang seniman beladiri demam panas dingin dan susah mahu tidur. Seniman beladiri yg terinfeksi penyakit ini akan lebih senang kalau kemampuannya tidak terukur dan tetap menjadi mitos. Kaedah latihan yg sportif seperti sparring, performance games dll menjadi suatu igauan yg menakutan buat mereka. Biasanya mereka akan membuat alasan bahwa mereka latihan untuk pertarungan di jalan, sehingga teknik mematikan mereka tidak boleh sembarangan diajar kepada orang lain atau yang belum sampai ketahap itu.


5. Menjadikan teknik-teknik curang sebagai solusi sapu jagat
Roy Harris pernah bercerita bahwa betisnya pernah digigit dalam sebuah sparring ketika melakukan kuncian armbar. Yang dilakukan Roy Harris adalah sit-up, dan meremas kemaluan dari si lawan. Secara otomatiknya beliau menjerit dan melepas gigitannya, dan kuncian pun dilanjutkan.

Saya juga punya pengalaman soal ini. Di sebuah dojo, saya pernah sparring melawan seorang mahasiswa belanda keturunan Iran. Ia adalah seorang praktisi seni beladiri tradisional. Dia meminta sparring karena ia kurang setuju soal pentingnya belajar ground fighting. Sparring berjalan singkat, saya berhasil menjatuhkannya, dan memegang dagunya dalam kuncian “Death Grip”, agak-agak mirip jurus “putar kepala” dalam silat.

Karena saya tahu dia tidak mengerti soal tap-out, maka saya lepas kuncian itu.

“I just break your neck” saya bilang

“Yes, but if you break my neck I will bite your hand” sanggahnya

“No comment” kata saya sambil geleng-geleng.

Menggigit, mecolok mata, atau menendang kemaluan merupakan suatu penyelesaian sapu jagat bagi seniman beladiri yg terinfeksi penyakit ini. Untuk menghindari kenyataan, orang yg terinfeksi biasanya berdalih bahwa mereka bisa melakukan teknik-teknik curang untuk bisa mengalahkan orang lain, sehingga mereka tidak perlu berlatih keras secara sportif untuk menguasai berbagai jarak pertarungan Tidak pernah terlintas dalam pikiran mereka bahwa seorang fighter yg terlatih bisa juga melakukan teknik-teknik curang tsb, bahkan lebih besar peluangnya karena mereka terlatih untuk bertarung under-pressure.

Bruce Lee juga dalam satu pertarungannya dengan seorang ahli jodo telah menggunakan teknik gigitan apabila beliau menemui jalan buntu apabila kaki dan tangannya telah dikunci oleh omputeh. Justeru itu omputeh membuka kuncian dan melepaskan bruce lee dari kuncian. Antara senjata yang paling ampuh ialah gigitan manusia. Yang tidak diajar mana-mana dalam seni beladiri tetapi rasanya tindakan tersebut adalah untuk melepaskan diri. Semua orang pun tahu.


Untuk lebih jelasnya boleh baca ulasan soal ini di:
http://jalanpetarung.blogspot.com/2006/01/artikel-royce-gracie-aji-susilo.html

6. Berusaha keras untuk terlihat bijak
Terlihat bijak merupakan satu hal yg sama sekali jauh berbeza dengan bertindak bijak. Jelas film-film Kungfu punya pengaruh besar dalam hal menyebarnya penyakit hati “berusaha keras untuk terlihat bijak” ini. Seorang ahli beladiri haruslah misterius, tidak pernah memberi penjelasan yg blur, penuh tanda-tanda tersirat dll.

Dalam sebuah forum diskusi beladiri di internet, saya menemukan sebuah diskusi yg terkait dengan penyakit ini.

Pertanyaan: Saya selalu dibuli oleh kawan-kawan saya. Seringkali mereka sudah melampaui batas batas. Saya ingin berdiri menghadapi mereka. Saya sudah belajar beladiri X selama 3 tahun dan saya belum boleh berbuat apa-apa. Terakhir saya mencoba teknik beladiri yg saya pelajari saya bahkan dipukul lebih parah.

Jawaban: Saya adalah seorang ahli beladiri X. Kamu baru belajar 3 tahun, kamu belum tahu apa-apa. Pelajari terus dan pahami, nanti kamu juga akan mendapatkan inti dari beladiri itu.

Nah, ketepikan dulu bahwa permasalahan di atas lebih kompleks dari kelihatannya (harus lapor guru sekolah, atau bahkan polis dll). Coba lihat perilaku orang yg menjawab. Ia mencoba menjawab secara singkat, padat, misterius dan mencoba bermakna. Ia berusaha terlihat bijak seperti guru besar kungfu di film-film. He’s Infected!!!

HE WHO SPEAK DOES NOT KNOW
HE WHO KNOW DOES NOT SPEAK

Petua itu seakan ditaati sepenuh hati oleh para ahli seni beladiri. Semakin sedikit berbagi ilmu, semakin sedikit menjelaskan, semakin misterius, maka semakin menggambarkan ketinggian ilmu yg bersangkutan.

Tentunya jangan disamakan tindakan berusaha terlihat bijak dengan ilmu padi. Ilmu padi menekankan untuk bertindak bijak dengan rendah hati, bukan terlihat bijak dengan menutupi informasi.

Petua di atas sebenarnya ditulis oleh Lao Tze dalam kitab Tao Teh Cing. Ajaibnya, sang penulis petua sendiri gemar berbicara dan menulis buku berisi lebih dari 5000 kata tentang ajaran-ajarannya. Lao Tze telah bertindak bijak, ia membagi ilmunya, menjelaskan, dan memberikan arahan yg jelas dalam filsafat-nya.

Bertindaklah bijak, jangan berusaha terlihat bijak

7. Menjadikan seni beladiri sebagai agama
Ini termasuk penyakit yg paling bahaya. Orang yg terkena penyakit ini akan membela aliran beladirinya mati-matian. Seniman beladiri yg terinfeksi penyakit ini mengecam keras orang-orang yg melakukan cross-training seolah-olah orang itu layak masuk neraka karena berpindah-pindah agama.

Beladiri adalah science dan karenanya ia terus menerus harus dikoreksi dan diperbaharui.

Demikianlah huraian mengenai 7 Penyakit Hati Seniman Beladiri. Semoga para pembaca memahami dan berwaspada.

Sipetik dari blog :- http://jalanpetarung.blogspot.com

Ayat-ayat ini telah diedit untuk keselesaan para pembaca di Malaysia

No comments:

Suasana Hari Raya Aidilfitri

Suasana Hari Raya Aidilfitri
Sambutan Aidilfitri di rumah Penyelia

Hari Belia Kebangsaan

Hari Belia Kebangsaan
Sambutan Hari Belia Peringkat Kebangsaan

Bersilat bersama bang Mad

Bersilat bersama bang Mad
Majlis Bersilat bersama Guru Utama