Penyembuhan atas penyakit ‘ujub ini boleh dilakukan antara lain dengan cara; mengkaji dan membuat post mo term atau lebih jelasnya ialah muhasabah diri tentang kekurangan atau kelemahan diri sendiri; meminta orang lain untuk memberikan pendapat atau kritikan atas berbagai kekurangan yang dimilikinya; dan dengan cara memperhatikan orang lain yang lebih “hebat” dalam hal sesuatu yang membuatnya merasa ‘ujub. Jika seorang ‘alim merasa bangga dengan ilmunya, maka sebaiknya dia memperhatikan bagaimana perjalanan hidup para ulama yang menempuhinya, atau jika dia membanggakan diri dengan ke-zuhud-annya, maka cubalah dia perhatikan dan bandingkan dengan kehidupan para zuhad yang sejati, tentu dia tidak akan ada apa-apanya.
Sungguh Imam Ahmad bin Hanbal mampu menghafal 1.000.000 (satu juta) hadits Rasulullah Saw. Kahmis bin al-Hasan mampu mengkhatamkan al-Qur’an sehari semalam tiga kali. Sedangkan Salman al-Taimi melakukan shalat Shubuh dengan wudlu shalat Isya selama 40 tahun.
Barang siapa yang mampu mengambil pelajaran dari sejarah hidup para tokoh, maka dia akan melihat dirinya sendiri seperti orang yang memiliki sekeping mata wang dinar dan dia sangat membanggakan wang tersebut, tetapi dia tidak tahu bahwa di dunia ini masih banyak orang lain yang memiliki berjuta-juta keping wang dinar.
Ibrahim al-Khawwas mengatakan: “Sikap ‘ujub boleh menghalangi seseorang untuk mengetahui dirinya sendiri”.
Salah seorang ahli hikmah berkata: “Kebanggan seseorang terhadap dirinya sendiri merupakan salah
satu yang bisa merusak akalnya. Alangkah berbahanya sikap ‘ujub itu ketika melanda sekelompok orang yang berada dalam satu majlis”.
No comments:
Post a Comment